Rabu, 01 Agustus 2018

Film Laga Indonesia Semakin Kaya





Iko Uwais akhirnya duduk di kursi merah, mempersilakan VIVA untuk memulai wawancara. Wajahnya tetap ramah meski aktivitasnya Kamis, 12 Juli kala itu cukup padat. Iko baru saja meresmikan sekolah bela dirinya, Thunder 11, di Hotel Harison Ultima Bekasi hari itu. Dia juga melayani pertanyaan para wartawan yang lama tak berjumpa dengannya.

Bukan hal mudah untuk bertemu seorang Iko Uwais. Setelah sukses dengan The Raid, Iko banyak ikut proyek luar. Beberapa di antaranya ada Star Wars: The Force Awakens, Beyond Skyline, dan Man of Tai Chi. 

Jadwal syuting di luar negeri kian padat. Tahun ini saja, Iko kerap menghiasi headline dengan kabar-kabar film asing terbarunya. Sebut saja Mile 22 bersama Mark Wahlberg yang akan tayang Agustus depan, Wu Assassins yang akan muncul di Netflix, dan Stuber bersama Dave Bautista yang rencananya rilis tahun depan. Jangankan dengan wartawan, Iko bahkan jarang menghabiskan waktu lama dengan keluarganya.

Kaus merah di balik jas hitam yang dikenakannya siang itu membuat Iko terlihat lebih santai. Dia menyambut hangat ketika VIVA menghampirinya. Aktor berusia 35 tahun ini pun antusias ketika kami meminta sedikit waktu berbincang secara eksklusif. Berikut petikannya:
Bagaimana rasanya semakin sibuk di kancah internasional?
Ya, gue lebih sibuk, dalam arti lebih sibuk bekerja, banyak kerjaan yang harus gue kerjakan, schedule. Kumpul keluarga itu sudah terhitung sama jari.
Makin ke sini, kamu makin banyak proyek Barat. Gimana cara kamu memikat Hollywood?
Memikat, gue rasa mereka tertarik sama karakter, karakter pencak silat Indonesia. Mereka lihat (pencak silat) sangat di luar ekspetasi mereka. Mereka pengin banget kolaborasi secara gambar dan karakter Indonesia. Gambar Hollywood, teknisnya Indonesia.
Kalau perbedaan persiapan film Indonesia dan luar negeri seperti apa?
Lebih instan tuh di Hollywood. Di Indonesia kita biasa dikasih waktu untuk prepare, bikin koreo, video board segala macam. Di sana (di luar negeri) dikasih juga, (tapi) kita bisa menyesuaikan permintaan sutradara, video board, panduan film, suatu saat akan berubah.
Bermain bersama Mark Wahlberg di Mile 22, rasanya seperti apa?
Mark Wahlberg orang yang the best. Orangnya bijaksana banget. Dia orang nomer satu di dunia, maksudnya, siapa yang enggak kenal Mark Wahlberg, tapi dia sangat merangkul. Saya sebagai tamu di Hollywood yang out of nowhere, enggak tau gue siapa, siapa gue gitu. Tapi dia yang menyapa pertama kali pas gue dateng, "Hei Iko." 
Dipanggil sama Mark Wahlberg siapa yang enggak gugup. Mau ngomong apa juga, udah enggak bisa ngomong apa-apa. Pas kerja bareng, pasti kita akan bersentuhan satu sama lain. Paling sering (beradu akting) sama dia. Untuk mendapatkan chemistry, dari dia oke banget sih orangnya, ngebantu banget orangnya. Ngasih wejangan ke gue, sharing pengalaman, sharing karakter yang dia karakterin.
Pengalaman seru sama Mark Wahlberg?
Pertama kali gue ketemu dia pas di lokasi syuting. 'Hei Iko,' langsung peluk segala macam. Kayak bukan orang asing, sudah kenal berapa tahun yang lalu. Bukan orang yang fake, dalam arti sangat positif, gelagatnya bukan orang lain, bukan diva, padahal dia Mark Wahlberg. 
Itu yang gue berkaca sama dia. Seorang bintang besar, mempunyai karier bagus, prestasi yang segunung, duit enggak ada serinya, termahal bisa dibilang, tapi down to earth banget. Dia apa adanya, bukan kayak yang Mark Wahlberg, 'yang harus membetulkan kerahnya,' bukan sama sekali. Dia pakaiannya juga bukan kayak bintang besar, dia jujur dan tulus.

0 komentar:

Posting Komentar