Sabtu, 25 Agustus 2012

Punya Lima Kecacatan, Ducati Tarik Panigale


Produsen sepeda motor sport asal Italia, Ducati, harus menarik kembali (recall) varian Ducati 1199 Panigale. Itu dilakukan lantaran ditemukan lima kecacatan di motor terbarunya tersebut.

Dilansir Motorcyclenews, Sabtu 25 Agustus 2012, Lembaga Keselamatan Lalu Lintas Jalan Raya (NHTSA), Amerika Serikat menemukan kecacatan Ducati 1199 Panigale.

Pertama adalah masalah lengan ayun, di mana poros di swingarm bagian kanan dan kiri tidak presisi, sehingga berpotensi mengendur saat motor dalam kecepatan tinggi.

Catat kedua yakni pada bagian kabel bodi yang dekat dengan posisi mesin. Dengan begitu, kabel tersebut bisa meleleh akibat panasnya mesin dan menimbulkan arus pendek.

Tak berhenti sampai di situ, motor yang pernah mendapatkan gelar sebagai "Most Beautiful Bike of Show" versi majalah otomotif di Italia ini juga mengalami masalah pada steering damper Ohlins.

Diketahui ada bagian baut yang menyangkut dan terhubung dengan steering damper di kepala kemudi. Potensi yang ditimbukan handling motor bisa terganggu lantaran ada gejala getaran tinggi pada setang.

Ditemukan juga masalah pada desain steering damper Ohlins, yang berpotensi posisi komponen ini bergeser. Ditengarai masalah ini terjadi akibat adanya kesalahan pada perakitan.

Cacat terakhir adalah bagian rem depan. NHTSA menyebutkan kinerja rem depan tak maksimal, setelah master rem depan ditemukan bergesekan dengan baut. Alhasil, rem bisa menjadi kehilangan tekanan.

Akibat lima kemacetan ini, Ducati harus menarik sebanyak 2.321 unit 1199 Panigale rakitan 2012 dan 90 unit 1199 Panigale rakitan 2013.

Ducati 1199 Panigale menggunakan mesin Superquadro dua silinder mampu memproduksi tenaga paling besar diantara motor lainnya. Dengan sasis monocoque inovatif, daya yang disemburkan mencapai 195 tenaga kuda, dengan bobot motor hanya 164 kg.

1199 Panigale juga sudah diperkuat dengan rem ABS, Ducati Traction Control (DTC), Ducati Electronic Suspension (DES), Ducati Quick Shift (DQS), Engine Braking Control dan Ride-by-wire.

Senin, 13 Agustus 2012

Kisah Fotografer yang Mengabadikan Kemerdekaan RI

Fotografi memang bukan hanya menjadi saksi sejarah, tapi juga menjadi bukti sejarah hidup manusia dan peristiwa-peristiwa yang melingkupinya. Dengan keberadaan foto, banyak orang bisa diingatkan dan disadarkan tentang suatu hal. Frans Soemarto Mendoer sangat memahami hal tersebut. Karena itulah sahabat anehdidunia.blogspot.com, setelah mendapat kabar dari seorang sumber di harian Jepang Asia Raya bahwa akan ada kejadian penting di rumah kediaman Soekarno, Frans langsung bergerak menuju rumah bernomor 56 di Jalan Pegangsaan Timur itu sambil membawa kamera Leica-nya. Dan benar, pagi itu, Jumat, 17 Agustus 1945, sebuah peristiwa penting berlangsung di sana: pembacaan teks proklamasi kemerdekaan bangsa Indonesia oleh Soekarno.


Saat itu Frans hanya memiliki sisa tiga lembar plat film. Jadi dari peristiwa bersejarah itu, ia hanya bisa mengabadikan tiga adegan. Yang pertama, adegan Soekarno membacakan teks proklamasi. Yang kedua, adegan pengibaran bendera Merah Putih yang dilakukan oleh Latief Hendraningrat, salah seorang anggota PETA. Dan yang ketiga, suasana ramainya para pemuda yang turut menyaksikan pengibaran bendera. Setelah menyelesaikan tugas jurnalisnya itu, Frans langsung bergegas meninggalkan rumah kediaman Soekarno karena menyadari bahwa tentara Jepang tengah memburunya.

Frans menjadi satu-satunya orang yang mengabadikan momen sakral itu karena Alex Alexius Impurung Mendoer, kakak kandungnya yang juga sempat memotret prosesi bersejarah tersebut, harus merelakan kameranya dirampas oleh tentara Jepang.



Dan sewaktu tentara Jepang menemui Frans untuk meminta negatif foto Soekarno yang sedang membacakan teks proklamasi, Frans mengaku film negatif itu sudah diambil oleh Barisan Pelopor. Padahal negatif foto peristiwa yang sangat penting itu ia sembunyikan dengan cara menguburnya di tanah, dekat sebuah pohon di halaman belakang kantor harian Asia Raya. Kalau saja saat itu sahabat anehdidunia.blogspot.com, negatif film tersebut dirampas tentara Jepang, maka mungkin generasi sekarang dan generasi yang akan datang tidak akan tahu seperti apa peristiwa sakral tersebut.


Bahkan, mengenai kehadiran Frans di rumah Soekarno pada waktu itu, wartawan senior Alwi Shahab menulis “Andaikata tidak ada Frans Mendoer, maka kita tidak akan punya satu foto dokumentasi pun dari peristiwa proklamasi kemerdekaan…” Tulisan itu dimuat di harian Republika edisi Minggu, 14 Agustus 2005, tiga hari menjelang peringatan Hari Ulang Tahun Proklamasi Kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang ke-60.




Pencucian tiga buah foto bersejarah itu juga tidaklah mudah karena dihalang-halangi pihak Jepang. Frans bersama Alex terpaksa secara diam-diam harus mengendap, memanjat pohon pada malam hari, dan melompati pagar di samping kantor Domei (sekarang kantor berita ANTARA) untuk bisa sampai ke sebuah lab foto guna mencetak foto-foto tersebut. Padahal, bila dua bersaudara itu tertangkap oleh tentara Jepang, mereka akan dipenjara, bahkan dihukum mati.


Foto pembacaan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia itu pertama kali dimuat di harian Merdeka pada tanggal 20 Februari 1946 sahabat anehdidunia.blogspot.com, lebih dari setengah tahun setelah pembuatannya. Film negatif catatan visual itu sekarang sudah tak dapat ditemukan lagi. Ada dugaan bahwa negatif film itu ikut hancur bersama semua dokumentasi milik kantor berita Antara yang dibakar pada peristiwa di tahun 1965. Waktu itu, sepasukan tentara mengambil seluruh koleksi negatif film dan hasil cetak foto yang dimiliki Antara lalu membakarnya.