Jumat, 03 Agustus 2018

Gili Lawa Terbakar, Menpar Imbau Pengunjung Patuhi Aturan Wisata

Kebakaran terjadi di salah satu destinasi wisata unggulan Indonesia, Gili Lawa Darat, Kawasan Taman Nasional Komodo, Nusa Tenggara Timur, Rabu 1 Agustus 2018. Api baru dipadamkan besoknya pada Kamis 2 Agustus 2018 dini hari.

Meski kebakaran berhasil dipadamkan, insiden tersebut menimbulkan kerusakan dan berdampak pada wisatawan di sana. Insiden tersebut diduga terjadi akibat kelalaian salah satu pengunjung Gili Lawa Darat yang tengah merokok.

Terkait insiden tersebut, Menteri Pariwisata, Arief Yahya, yang dihubungi VIVA, merasa prihatin dengan insiden kebakaran tersebut. Ia pun berharap ke depannya kecelakaan serupa tidak terjadi lagi.


Arief mengimbau kepada semua pihak, terutama para agen tur atau operator tur agar lebih disiplin dalam memandu wisatawan.
"Ikuti aturan main, di destinasi apapun, baik alam, budaya maupun buatan. Begitu pun para wisatawannya, hormati aturan-aturan yang ada di destinasi wisata. Beritahu dan sosialisasikan kepada mereka sebelum berwisata," kata dia, Jumat, 3 Agustus 2018.
Beberapa orang menyebut bahwa insiden tersebut terjadi lantaran salah seorang pihak agentravel menyalakan kembang api untuk mendapatkan foto kekinian yang menarik. Terkait hal tersebut, Arief menekankan, agar pihak travel agen tetap memperhatikan keamanan, keselamatan serta objek wisatanya.
"Kreativitas itu boleh, tetapi jangan sampai membahayakan keamanan, keselamatan, dan objek daya tarik wisatanya sendiri," kata Menpar.
Ia mengajak masyarakat untuk bersama-sama menjaga destinasi wisata yang ada di Indonesia, terutama di daerah konservasi agar berkelanjutan, dan memberi dampak positif pada ekologi, masyarakat, dan ekonomi. 
"Semakin kebudayaan dan alam dilestarikan, semakin mensejahterakan. Semakin dilestarikan, semakin mensejahterakan," ujar dia.

Kamis, 02 Agustus 2018

Suzuki Bandit, Calon 'Pembunuh' V-ixion yang Harganya Kompetitif

PT Suzuki Indomobil Sales divisi roda dua turut memeriahkan gelaran Gaikindo Indonesia International Auto Show 2018. Kali ini, mereka memperkenalkan 'senjata' terbarunya, GSX-150 Bandit.

Kehadiran produk terbaru ini semakin menggairahkan pasar sepeda motor sport nakedbermesin 150 cc. Yang sudah diisi sebelumnya oleh Honda CB150 dan Yamaha V-Ixion di dalam negeri.

"Kami memperkenalkan Suzuki GSX-150 Bandit untuk pertama kali di hadapan publik, sebagai pengisi celah di kategori street naked bike 150 cc," kata Sales and Marketing 2 Wheel Department Head SIS, Yohan Yahya, di ICE, BSD, Tangerang Selatan, Kamis 2 Augustus 2018.

Ia mengklaim, kenyamanan menjadi salah satu faktor penting dalam pengembangan motor ini. Oleh karena itu, pabrikannya mendesain bentuk jok menjadi lebar dan panjang.

"GSX-150 Bandit disematkan dengan fitur Shuttered Key System," tuturnya.

Motor ini dipersenjatai mesin 150 cc Double Over Head Camshaft atau DOHC, dengan teknologi injeksi dan berpendingin cairan. Sayangnya, SIS belum menentukan harga resmi motor yang diperkenalkan itu. 
"Harga belum, nanti. Yang pasti harga kompetitif," kata dia.

Rabu, 01 Agustus 2018

Film Laga Indonesia Semakin Kaya

Iko Uwais akhirnya duduk di kursi merah, mempersilakan VIVA untuk memulai wawancara. Wajahnya tetap ramah meski aktivitasnya Kamis, 12 Juli kala itu cukup padat. Iko baru saja meresmikan sekolah bela dirinya, Thunder 11, di Hotel Harison Ultima Bekasi hari itu. Dia juga melayani pertanyaan para wartawan yang lama tak berjumpa dengannya.

Bukan hal mudah untuk bertemu seorang Iko Uwais. Setelah sukses dengan The Raid, Iko banyak ikut proyek luar. Beberapa di antaranya ada Star Wars: The Force Awakens, Beyond Skyline, dan Man of Tai Chi. 

Jadwal syuting di luar negeri kian padat. Tahun ini saja, Iko kerap menghiasi headline dengan kabar-kabar film asing terbarunya. Sebut saja Mile 22 bersama Mark Wahlberg yang akan tayang Agustus depan, Wu Assassins yang akan muncul di Netflix, dan Stuber bersama Dave Bautista yang rencananya rilis tahun depan. Jangankan dengan wartawan, Iko bahkan jarang menghabiskan waktu lama dengan keluarganya.

Kaus merah di balik jas hitam yang dikenakannya siang itu membuat Iko terlihat lebih santai. Dia menyambut hangat ketika VIVA menghampirinya. Aktor berusia 35 tahun ini pun antusias ketika kami meminta sedikit waktu berbincang secara eksklusif. Berikut petikannya:
Bagaimana rasanya semakin sibuk di kancah internasional?
Ya, gue lebih sibuk, dalam arti lebih sibuk bekerja, banyak kerjaan yang harus gue kerjakan, schedule. Kumpul keluarga itu sudah terhitung sama jari.
Makin ke sini, kamu makin banyak proyek Barat. Gimana cara kamu memikat Hollywood?
Memikat, gue rasa mereka tertarik sama karakter, karakter pencak silat Indonesia. Mereka lihat (pencak silat) sangat di luar ekspetasi mereka. Mereka pengin banget kolaborasi secara gambar dan karakter Indonesia. Gambar Hollywood, teknisnya Indonesia.
Kalau perbedaan persiapan film Indonesia dan luar negeri seperti apa?
Lebih instan tuh di Hollywood. Di Indonesia kita biasa dikasih waktu untuk prepare, bikin koreo, video board segala macam. Di sana (di luar negeri) dikasih juga, (tapi) kita bisa menyesuaikan permintaan sutradara, video board, panduan film, suatu saat akan berubah.
Bermain bersama Mark Wahlberg di Mile 22, rasanya seperti apa?
Mark Wahlberg orang yang the best. Orangnya bijaksana banget. Dia orang nomer satu di dunia, maksudnya, siapa yang enggak kenal Mark Wahlberg, tapi dia sangat merangkul. Saya sebagai tamu di Hollywood yang out of nowhere, enggak tau gue siapa, siapa gue gitu. Tapi dia yang menyapa pertama kali pas gue dateng, "Hei Iko." 
Dipanggil sama Mark Wahlberg siapa yang enggak gugup. Mau ngomong apa juga, udah enggak bisa ngomong apa-apa. Pas kerja bareng, pasti kita akan bersentuhan satu sama lain. Paling sering (beradu akting) sama dia. Untuk mendapatkan chemistry, dari dia oke banget sih orangnya, ngebantu banget orangnya. Ngasih wejangan ke gue, sharing pengalaman, sharing karakter yang dia karakterin.
Pengalaman seru sama Mark Wahlberg?
Pertama kali gue ketemu dia pas di lokasi syuting. 'Hei Iko,' langsung peluk segala macam. Kayak bukan orang asing, sudah kenal berapa tahun yang lalu. Bukan orang yang fake, dalam arti sangat positif, gelagatnya bukan orang lain, bukan diva, padahal dia Mark Wahlberg. 
Itu yang gue berkaca sama dia. Seorang bintang besar, mempunyai karier bagus, prestasi yang segunung, duit enggak ada serinya, termahal bisa dibilang, tapi down to earth banget. Dia apa adanya, bukan kayak yang Mark Wahlberg, 'yang harus membetulkan kerahnya,' bukan sama sekali. Dia pakaiannya juga bukan kayak bintang besar, dia jujur dan tulus.