Rabu, 31 Agustus 2011

Makna Idul Fitri/Adha

Pada setiap kali menjelang Idul Fithri seperti sekarang ini (Ramadhan 1432H) atau tepat pada hari rayanya, seringkali kita mendengar dari para Khatib (penceramah/muballigh) di mimbar menerangkan, bahwa Idul Fithri itu maknanya -menurut persangkaan mereka- ialah “Kembali kepada Fitrah”, Yakni : Kita kembali kepada fitrah kita semula (suci) disebabkan telah terhapusnya dosa-dosa kita.
Penjelasan mereka di atas, adalah batil baik ditinjau dari jurusan lughoh/bahasa ataupun Syara’/Agama. Kesalahan mana dapat kami maklumi -meskipun umat tertipu- karena memang para khatib tersebut (tidak semuanya) tidak punya bagian sama sekali dalam bahasan-bahasan ilmiyah. Oleh karena itu wajiblah bagi kami untuk menjelaskan yang haq dan yang haq itulah yang wajib dituruti Insya Allahu Ta’ala.
Kami berkata :
Pertama :
“Adapun kesalahan mereka menurut lughoh/bahasa, ialah bahwa lafadz Fithru/ Ifthaar” artinya menurut bahasa : Berbuka (yakni berbuka puasa jika terkait dengan puasa). Jadi Idul Fithri artinya “Hari Raya berbuka Puasa”. Yakni kita kembali berbuka (tidak puasa lagi) setelah selama sebulan kita berpuasa. Sedangkan “Fitrah” tulisannya sebagai berikut [Fa-Tha-Ra-] dan [Ta marbuthoh] bukan [Fa-Tha-Ra]“.
Kedua :
“Adapun kesalahan mereka menurut Syara’ telah datang hadits yang menerangkan bahwa “Idul Fithri” itu ialah “Hari Raya Kita Kembali Berbuka Puasa”.
“Dari Abi Hurairah (ia berkata) : Bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda. “Shaum/puasa itu ialah pada hari kamu berpuasa, dan (Idul) Fithri itu ialah pada hari kamu berbuka. Dan (Idul) Adlha (yakni hari raya menyembelih hewan-hewan kurban) itu ialah pada hari kamu menyembelih hewan”.
[Hadits Shahih. Dikeluarkan oleh Imam-imam : Tirmidzi No. 693, Abu Dawud No. 2324, Ibnu Majah No. 1660, Ad-Daruquthni 2/163-164 dan Baihaqy 4/252 dengan beberapa jalan dari Abi Hurarirah sebagaimana telah saya terangkan semua sanadnya di kitab saya "Riyadlul Jannah" No. 721. Dan lafadz ini dari riwayat Imam Tirmidzi]
Dan dalam salah satu lafadz Imam Daruquthni :
“Puasa kamu ialah pada hari kamu (semuanya) berpuasa, dan (Idul) Fithri kamu ialah pada hari kamu (semuanya) berbuka”.
Dan dalam lafadz Imam Ibnu Majah :
“(Idul) Fithri itu ialah pada hari kamu berbuka, dan (Idul) Adlha pada hari kamu menyembelih hewan”.
Dan dalam lafadz Imam Abu Dawud:
“Dan (Idul) Fithri kamu itu ialah pada hari kamu (semuanya) berbuka, sedangkan (Idul) Adlha ialah pada hari kamu (semuanya) menyembelih hewan”.
Hadits di atas dengan beberapa lafadznya tegas-tegas menyatakan bahwa Idul Fithri ialah hari raya kita kembali berbuka puasa (tidak berpuasa lagi setelah selama sebulan berpuasa). Oleh karena itu disunatkan makan terlebih dahulu pada pagi harinya, sebelum kita pergi ke tanah lapang untuk mendirikan shalat I’ed. Supaya umat mengetahui bahwa Ramadhan telah selesai dan hari ini adalah hari kita berbuka bersama-sama. Itulah arti Idul Fithri artinya ! Demikian pemahaman dan keterangan ahli-ahli ilmu dan tidak ada khilaf diantara mereka.
Bukan artinya bukan “kembali kepada fithrah”, karena kalau demikian niscaya terjemahan hadits menjadi : “Al-Fithru/suci itu ialah pada hari kamu bersuci”. Tidak ada yang menterjemahkan dan memahami demikian kecuali orang-orang yang benar-benar jahil tentang dalil-dalil Sunnah dan lughoh/bahasa.
Adapun makna sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, bahwa puasa itu ialah pada hari kamu semuanya berpuasa, demikian juga Idul Fithri dan Adlha, maksudnya : Waktu puasa kamu, Idul Fithri dan Idul Adha bersama-sama kaum muslimin (berjama’ah), tidak sendiri-sendiri atau berkelompok-kelompok sehingga berpecah belah sesama kaum muslimin seperti kejadian pada tahun ini (1432H/1992M).
Imam Tirmidzi mengatakan -dalam menafsirkan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam di atas- sebagian ahli ilmu telah menafsirkan hadits ini yang maknanya :
“Bahwa shaum/puasa dan (Idul) Fithri itu bersama jama’ah dan bersama-sama orang banyak”.
Semoga kaum muslimin kembali bersatu menjadi satu shaf yang kuat berjalan di atas manhaj dan aqidah Salafush Shalih. Amin!

Rabu, 24 Agustus 2011

PUTUS CINTA

Hubungan antara cowok dan cewek yang dibangun melalui perkenalan
yang kemudian dilanjutkan dengan tahap yang lebih akrab yang kita sebut dengan
hubungan percintaan atau pacaran, ternyata tidak semua nya berlangsung secaar
mulus. Nah hubungan yang dibina mungkin satu dua tahun bahkan lebih ini
terkadang dapat hancur begitu saja di dalam sekejap dan menyisahkan kepingan
kepedihan, keterlukaan dan tersayatnya hati, dilanjutkan dengan muncul rasa
benci, dendam dan sebagainya. Cinta yang indah itu tiba-tiba berubah menjadi
dendam dan kejam.
Ada orang bilang jarak antara cinta dan benci hanya sekitar satu
garis batas, maknya riskan sekali, seperti “telur di ujung tanduk” Mengapa
putus cinta ini mesti terjadi? Ada beberapa kemungkinan yang saya coba catat di
bawah ini :
####Berpacaran secara long distance
Sering kali jarak yang memisahkan seseorang dengan yang lain itu menjadi
problem buyarnya pasangan ynag sudah sekian lama memadu cinta asmara.
Komunikasi yang jarang, pertemuan yang minim menyebabkan hubungan menjadi
renggang. Tadinya telah terbina dengan baik, namun karena berpisah dan jaraknya
jauh membuat hubungan mulai terasa hambar, dan lama-kelamaan jadi tidak ada
rasa apa-apa lagi.
Pada masa kini sudah lumayan, karena sarana komunikasi sudah begitu
lancar bahkan sudah canggih sehingga komunikasi dengan Luar Negeri tidak
bermasalah. Kalau 20 tahun yang silam kesulitan komunikasi sangat terasa
sekali, maka hubungan jarak jauh akan menjadi kehilangan jejak.
###Keterlibatan ortu
Hingga hari ini masih belum dapat terlepas keterlibatan ortu terhadap
masalah cinta atau pacaran anak-anaknya, padahal sering kali justru ortu selalu
bertentangan dengan kemauan anak-anaknya. Terlalu dominannya ortu juga sering
membawa dampak negatif terhadap pergaulan dan pacaran anak-anaknya. Kadang
orang juga menjadi bingung, emangnya yang mau pacaran itu anaknya atau
ortunya? Memang cukup beralasan mengapa ortu tidak menyetujui siapa yang
dipilih anaknya, selama hal tersebut masuk akal maka biasanya anak-anaknya
dapat mematuhi.
Namun sering kali juga merekan kelewatan batas, ada yang karena masalah
matre dan harta, sehingga hal yang tidak diinginkan sering terjadi. Ada banyak
pasangan yang saya kenal, mereka sudah berpacaran cukup lama, namun karena ortu
tidak setuju dan mereka memilih mematuhi ortu sehingga akhirnya putus hubungan
percintaan. Kepada mereka yang dewasa pemikirannya tentu tidak soal, mereka
dapat melewati kondisi ini dengan akal sehat, namun kepada mereka yang kurang
dewasa kadang dapat membawa dampak fatal yang berkelanjutan dengan stress
sehingga harus berurusan dengan bagian psikologi. Masih beruntung kalau hanya
batas psikologi, yang gawat kalau ada yang berusaha bunuh diri.
###Keterlibatan orang ke tiga
Keterlibatan orang ke tiga biasanya dapat terjadi karena salah satu
diantaranya yang tergoda atau tidak setia pada yang lain. Hal ini dapat terjadi
kemungkinan besar karena kerengganan hubungan mereka, sibuk bekerja, kurang
perhatian satu dengan yang lain, atau seperti poin 1 tadi mereka berpacaran
jarak jauh. Kadang memang tidak dapat disalahkan satu dengan yang lainnya,
godaan cukup banyak di dalam pergaulan mereka itu, lagi pula adanya kesepian.
Itu sebabnya yang agak terjamin namun tidak 100% juga, mereka yang berpacaran
itu mestinya saling mempelajari dan mengenal diri secara pribadi lebih
mendalam. Kalau hanya satu dua bulan saling mengenal kemudian berpisah, maka
sangat memungkinkan mereka putus di tengah jalan.
###Tidak akur
Bagi orang yang berpacaran, bertengkar merupakan hal yang biasa karena
dari sana mereka dapat mengetahui dan mempelajari karakter, watak dan sifat
pasangannya. Memang ada pasangan yang hampir perfeks tidak pernah bertengkar,
namun untuk kasus ini sangat jarang kita temukan. Yang menjadi luar biasa
adalah saban hari ketemu dan bertengkar, jadi kadang terjadi yang berpacaran
itu setiap hari menangis. Nah sebagai keputusan akhirnya pasangan yang demikian
mengambil langkah berpisah. Memang lebih baik begitu sih, sebab kalau sudah
menikah baru terjadi hal demikian kan parah, apalagi ajaran agama tidak boleh
bercerai, maka ia akan menderita hingga mati gara-gara menikah.
###Karakter yang tidak mau berubah
Kadang persoalan karakter yang tidak mau diubah juga menjadi pergumulan
pasangan yang berpacaran akhirnya dapat mengakibatkan mereka buyar kalau tidak
ada yang mau berubah. Tentunya masalah karakter ini bukan yang bersifat sepele,
tetapi menyangkut misalnya suka memukul, mabuk-mabuk, berjudi, dan obat bius,
yang diperkirakan sangat menentukan masa depan keluarga. Nah selama yang
pecandu ini tidak mau ubah diri, maka kemungkinan sulit untuk meneruskan
hubungan mereka. Memang kalau seseorang yang sudah jatuh cinta, merekal tidak
perduli dalam hal ini, namun kembali lagi saat ini sudah mulai banyak
pemuda-pemudi yang berpikir logis, sehingga mereka tidak ingin keluarga mereka
hancur hanya gara-gara karakter dan kebiasaan ini.
Sebenarnya masih banyak penyebab lainnya yang dapat mengakibatkan
seseorang putus cinta, namun saya pikir 5 hal ini sudah cukup mewakili.
############
Sekarang kita coba melihat akibat dari seseorang yang putus cinta :
Salah satu risiko pacaran adalah putus cinta, bagi mereka yang sudah
berpacaran lama dan cinta telanjur mendalam sekali, tentu kepedihannya juga
sangat mendalam. Tidak jarang saya menemkan akibat putus cinta ada orang yang
bertekad tidak mau bercinta lagi. Dengan demikian kehidupannya tertutup sekali
dengan lawan jenis. Kondisi ini masih tidak begitu berat dibandingkan ada yang
gara-gara putus cinta, ia menjadi stress berat, kalau yang cewek menjadi suka
seyum sendiri, melamun terus, lalu merias diri secantik-cantiknya namun takut
bertemu cowok demikian juga si cowok suka berpenampilan necis, namun sembunyi
terus di kamar, tingkah-lakunya menjadi aneh sekali. Dan yang paling fatal, ada
yang bunuh diri akibat putus cinta, tentu sangat mengerikan sekali.
Bagi mereka yang pacarannya belum lama, putus cinta masih dapat dianggap
biasa, namun semua itu tergantung pada orang tersebut; makanya jangan main-main
dengan cinta. Kalau yang cinta kilat sih, putus satu tumbuh seribu, namun
kenyataannya kadang terjadi putus satu , ngak tumbuh-tumbuh lagi. Berpikirlah
wajar dan logis, apabila anda bercinta, jangan sampai berakibat fatal, bercinta
sangat bahagia, bercinta juga sangat bahaya. Mazmur 34:19 berkata:”TUHAN itu
dekat kepada orang-orang yang patah hati, dan Ia menyelamatkan orang-orang yang
remuk jiwanya.”

Rabu, 17 Agustus 2011

Makna Kemerdekaan Indonesia Raya

Upacara Bendera 17 Agustus, berkumandangnya lagu Indonesia Raya, detik-detik Proklamasi, gelora salam Merdeka, derap langkah nasionalisme, renungan jasa para pahlawan, tabur bunga di makam pahlawan, berkobarnya semangat persatuan, panjat pinang, lomba makan kerupuk, dangdutan, perlombaan olah raga, serta berbagai kegiatan mengisi hari kemerdekaan, dan...dst...dst.

Seharian saya berkeliling Ibukota Jakarta memperhatikan perilaku berbagai kalangan masyarakat dalam memperingati hari kemerdekaan RI ke 66 ini. Semangat itu masih terasa, gelora untuk memajukan Indonesia Raya masih ada, kepedihan menahan beban ekonomi sedikit dilupakan untuk meramaikan Pesta Kemerdekaan Indonesia dalam kesederhanaan. Rasa malu sebagai akibat dari arah Indonesia yang tidak jelas sedikit terlupakan manakala menyanyikan lagu Indonesia Raya.

Teringat perasaan senasib ketika bangsa Indonesia berjuang mencapai kemerdekaannya.
Teringat persahabatan sejati kebangsaan Indonesia mengusir penjajah yang telah merampok kekayaan Indonesia.
Teringat luka...kematian...tangisan...teriakan...tatapan harapan. Semua dilalui dengan keberanian dan mimpi untuk membangun bangsa Indonesia yang bersatu dalam payung NKRI yang bersama-sama memakmurkan rakyat.

Mengapa sekarang kita menjadi penakut, menjadi pengecut, menjadi ragu-ragu, menjadi saling mencurangi, menjadi saling mencakar, menjadi saling curiga.

Mengapa kekuasaan menjadi rebutan, sementara tanggung jawab mengemban amanat penderitaan rakyat cenderung diabaikan. Kesombongan intelektual liberalisme menguasai sistem ekonomi yang kita pilih sekarang, akibatnya ekonomi liberal yang liar mencabik-cabik kekayaan bangsa yang terbagi-bagi hanya di kalangan elit. Pemerintah hanya menjadi penagih pajak yang tunduk pada kekuasaan yang telah dikuasai elit politik dan penguasaha. Korupsi belum juga menunjukkan penurunan yang berarti, ketidakseimbangan dimana-mana, semangat separatisme masih bergelaora seiring dengan antisipasi otonomi daerah yang miskin persiapan.

Apa sesungguhnya yang terjadi dengan negeri Indonesia yang semakin sering dilanda bencana, baik bencana alamiah maupun yang dirancang oleh tangan-tangan jahat penghianat bangsa.

Tidak seluruh kengerian dan mimpi buruk yang Blog I-I sampaikan merupakan akibat dari kepemimpinan nasional, tetapi juga menjadi nyata karena kita semakin egois, saling mendendam, masa bodoh, dan yang paling parah adalah pengecut, lebih parah lagi pengecut karena takut jatuh martabat, takut jatuh miskin, takut jatuh dari kekuasaan.

Akibatnya sebuah dosa besar bernama korupsi menjadi budaya, sementara sinergi kekuasaan dengan swasta kembali melahirkan jaring kolusi yang sangat erat. Meskipun rakyat mati terbenam lumpur, tidak akan lahir kepedulian sejati dalam ketulusan menolong sesama manusia Indonesia. Apa yang terjadi adalah...ini perusahaanku, hartaku...ini negaraku, akulah pemimpin yang berpengaruh, mulai dari tingkatan manapun, bila ego kejahatan AKUnya itu tetap besar, kita akan terus menyaksikan kerusakan demi kerusakan.

Makna kemerdekaan tidaklah hanya bersifat individual tetapi merupakan cerminan kondisi bangsa yang terdiri dari berbagai komponen. Bila kita hanya memikirkan diri sendiri, niscaya bagi mereka yang mapan dan memiliki kekuasaan dan akses yang luas...sungguh hidupnya sangat amat merdeka. Tetapi bagi mereka yang nasibnya tergantung pada orang lain, perasaan terjajah itu justru semakin dalam apabila orang-orang yang memiliki pengaruh dalam hajat hidup orang banyak tidak mampu, pengecut, atau bahkan tidak paham bagaimana mengelola sumber-sumber kehidupan orang banyak secara adil.

Makna kemerdekaan adalah awal terwujudnya mimpi membangun bersama NKRI untuk kesejahteraan rakyat. Menjaga keamanan seluruh warga dalam lindungan sistem hukum yang adil dan kokoh. Bukan personifikasi kekuasaan individual ke dalam sistem seperti terjadi di wilayah Yudikatif dan eksekutif, atau rancangan sikut-menyikut di legislatif. Diperlukan keinsyafan massal tentang pentingnya kesadaran bersama dalam mengelola seluruh potensi bangsa.

Makna kemerdekaan dalam kerangka demokrasi masih bisa menerima segala hiruk pikuk persaingan para elit untuk menjadi pengelola negara, namun semua itu dalam kepatuhan terhadap aturan main. Yang lebih penting lagi adalah keseriusan serta keberanian dalam menempuh jalan pembangunan yang akan berdampak luas dan positif bagi bangsa Indonesia. Segala perdebatan harus bisa dilaksanakan dalam semangat persatuan dan pada saatnya harus berhenti, para pihak harus mengerti dan mampu menerima secara legowo. Meskipun dendam dan sakit hati itu adalah sifat manusiawi, namun bila kebenaran sedang membimbing Indonesia Raya, kita patut mendukungnya. Sebaliknya bila kegelapan sedang berkuasa kita juga wajib menempuh langkah nyata untuk meneranginya.

Merdeka!!!