Rabu, 25 Juli 2018

Kembali Kuliah di IPB, Arnita: Insya Allah Kasus Sudah Tuntas

 Arnita Rodelina Turnip menyampaikan rasa bahagia atas dibayarnya tunggakan Uang Kuliah Tunggal (UKT) di Institut Pertanian Bogor oleh Pemerintah Kabupaten Simalungun, sebesar Rp55 juta, Kamis 2 Agustus 2018. Ia berharap ke depan agar masalah ini tak terulang kembali.

"Kasus ini Insya Allah akan tuntas dan saya bisa kembali kuliah di IPB. Mohon doanya saja supaya tidak terulang kembali masalah ini baik pada saya maupun anak bangsa di daerah-daerah lain," kata Arnita kepada VIVA, Jum'at pagi, 3 Agustus 2018.

Arnita menucapkan terima kasih atas bantuan Ombudsman RI Perwakilan Sumut dan semua pihak yang sudah membantunya berjuang menyelesaikan masalah dihadapinya ini.

"Saya juga berterimakasih, terutama pihak media dan rekan-rekan saya semuanya," sebut Arnita.

Untuk pembayar tunggakan UKT milik Arnita Pemkab Simalungun baru membayar sebesar Rp55 Juta. Tunggakan UKT Arnita keseluruhannya berjumlah Rp66 juta selama 6 semester dan persemesternya biaya UKT sebesar Rp11 Juta?


Pembayaran tunggakan UKT itu, tertuang dalam surat Disdik Simalungun Nomor 820/8311/4.4.1/2018, perihal Pengaktifkan kembali mahasiswa BUD IPB An. Arnita Rodelina Turnip. Surat ini langsung ditandatangani oleh Kadisdik Simalungun, Resman Saragih untuk disampaikan ke Ombudsman RI Perwakilan Sumut, Kamis 02 Agustus 2018.
"Jadi, kemarin sore pihak Ombudsman sudah menerima kiriman saya bukti pembayaran tunggakan saya di IPB oleh Pemkab Simalungun," tutur Arnita.

Rabu, 18 Juli 2018

Wabah Kamera Pornografi Tersembunyi di Korsel, Waspadalah

Kasus-kasus kamera tersembunyi di tempat umum yang sengaja dipasang pelaku kejahatan masih menjadi masalah pelik di Korea Selatan. Bahkan, "mewabahnya" kamera-kamera tersembunyi yang merugikan khususnya bagi kaum wanita dan tak menutup kemungkinan bagi pria ibarat menjadi "penyakit" di negara tersebut.

Dilansir laman BBC, kebanyakan wanita Korsel karena itu biasanya sengaja menyisakan waktu untuk mengecek toilet umum, kamar mandi, dan ruang ganti yang mereka akan gunakan di pusat fasilitas umum.

Disebutkan, banyak orang yang sudah menjadi korban, terekam saat buang air maupun berganti baju dan telanjang, lalu rekaman itu digunakan untuk kepentingan pornografi, bahkan bisa terbesar di situs pornografi dan para komunitas cabul.

Para aktivis di Seoul, juga sudah menyuarakan pentingnya pencegahan kejahatan ini dan meminta pemerintah agar sigap memberantasnya. Diketahui, di Korsel ada lebih dari 6.000 kasus yang dilaporkan, terkait kamera pornografi tersembunyi kepada polisi dan 80 persen korbanya memang perempuan.


Diduga, bahkan masih banyak korban yang tak sadar atau juga tak melaporkan kejadian yang dia alami. Parahnya, sebagian ada yang menjadi korban rekaman oleh teman-teman sendiri yang biasanya adalah lelaki.
"Ketika saya pertama kali melihat chat room ada rekaman bagian tubuh saya, saya langsung tak bisa berpikir dan menangis," kata Kim, salah satu korban yang melapor kepada polisi, setelah menjadi korban oleh seorang lelaki yang tak lain adalah kenalannya sendiri.

Sabtu, 07 Juli 2018

Cara Unik PSK Sunan Kuning Semarang Tolak Penutupan Lokalisasi

Para pekerja seks komersial atau PSK di kompleks Resosialisasi Argorejo atau Sunan Kuning Semarang kompak menolak penutupan. Mereka menyuarakan penolakan itu dengan cara unik. Salah satunya mengenakan atribut kaus bertulis 'Pray For Sunan Kuning'.

Langkah sejumlah PSK menolak penutupan yang dilakukan Kementerian Sosial dan Pemkot Semarang pada 2019 disuarakan pada pertemuan di balai RW 006, Kalibanteng Kulon, Kamis, 2 Agustus 2018. Dalam diskusi publik bertajuk 'Kesehatan di Tengah Sampah Masyarakat' itu para PSK hadir dan mengungkapkan kekhawatiran mereka soal rencana ditutupnya lokalisasi terbesar di Ibu Kota Jawa Tengah itu.
"Kalau SK ditutup ya jangan. Teman-teman kami mau kerja ke mana? Kalau beroperasi di jalanan kan enggak ada yang melakukan screening kesehatan dan tes rutin," kata EN, salah seorang PSK.

Perempuan yang mengenakan kaus hitam bertulis 'Pray For Sunan Kuning' itu mengaku isu penutupan Sunan Kuning telah membuat resah ratusan penghuninya. Mereka khawatir mata pencaharian mereka akan hilang begitu saja tanpa solusi yang jelas.
Karenanya di bagian belakang kaus yang dikenakan para PSK, sejumlah kalimat unik dituliskan. Mulai dari 'Kami Hanya Butuh Makan untuk Hidup' hingga "Pelacur Hebat! Koruptor Bangsat!'.

"Kami pakai kaus ini agar masyarakat bersimpati. Sebaiknya rencana penutupan ini ditunda, daripada nanti kami malah (menjajakan diri) di jalan-jalan," sebutnya.
Selama ini, lanjut EN, para PSK sudah berupaya memperbaiki diri dengan mengikuti ragam pelatihan tata boga, menjahit, hingga salon kecantikan. Pelatihan itu diikuti para PSK sebulan sekali untuk mempersiapkan diri beralih profesi di luar bisnis esek-esek.
"Saya sudah setengah tahun latihan bikin roti sama tahu kedelai. Manfaatnya sedikit demi sedikit sudah saya rasakan, krenteknya mau jualan apa nanti kalau keluar dari SK, sudah ada bayangannya," aku perempuan 53 tahun tersebut.
Di usianya yang senja, EN memilih menjadi relawan penyuluh kesehatan yang bergerak di bawah arahan pengelola Resos Argorejo. Tugasnya jelas. Saban hari, ia menyambangi satu per satu wisma untuk menyosialisasikan fungsi pemakaian kondom dan manfaat screeningkesehatan untuk mendeteksi penyakit berbahaya.
Nenek lima cucu itu berharap para pekerja seks bisa mentas sebelum Sunan Kuning ditutup pada 2019. Saat ini, ia mengatakan, masih terdapat 488 pekerja seks yang masih menjajakan diri di 150 wisma di Sunan Kuning.
"Itu yang punya kartu anggota resmi dari resos. Di luar itu banyak yang ditemukan jadi freelance (paruh waktu). Itu yang malah mengkhawatirkan karena tidak terpantau pengurus," tuturnya.
Sementara itu, Ari Istiadi, selaku koordinator Keamanan Sunan Kuning dari Lentera ASA, mengaku pihaknya masih getol mengupayakan agar penutupan Sunan Kuning dapat ditunda. Hal itu lantaran program pengentasan yang selama ini dilakukan cukup berjalan baik.
Jika tiba-tiba saja Sunan Kuning ditutup, pihaknya tidak berani menjamin mereka akan langsung kembali ke masyarakat dengan baik. Karena hal itu butuh kajian mendalam hingga para PSK benar-benar dapat berubah.
"Sengaja kami kumpulkan sejumlah NGO dan perwakilan anak asuh agar benar-benar paham manfaat cek kesehatan yang rutin diadakan di sini. Mudah-mudahan pemerintah tergerak untuk mengkaji rencana penutupan resos pada 2019 nanti," katanya.