Kamis, 30 Juni 2016

Bukan Hanya di Indonesia, Mudik Juga Berlaku di Korea





Orang Korea punya sejumlah perayaan. Diantaranya Chuseok yang merupakan pesta panen, digelar pada pertengahan musim gugur, yaitu antara 30 September dan 1 Oktober. Pada perayaan Chuseok, keluarga Korea biasanya mudik ke kampung halaman dan berkumpul bersama anggota keluarga sembari memakan makanan khas.

Sebelum menyantap makanan khas Chuseok, orang Korea harus melakukan ritual penghormatan kepada leluhur yang diwujudkan dalam bentuk sujud bersama-sama atau kkeumjeol. Makanan pertama yang dimakan adalah sangpyeon, kue dari tepung beras berbentuk setengah lingkaran. Kue manis yang kenyal ini dibuat dengan cara dikukus. Songpyeon melambangkan bulan setengah lingkaran setelah purnama. Memakan Sangpyeon berarti berjalan melewati waktu.

Setelah songpyeon, makanan yang disantap adalah satu set makanan berbahan dasar daging sapi, yaitu torantang, sugalbijim, dan sugogisanjeok. Torantang adalah sup berbahan dasar kentang, talas, lobak rebus, dan disajikan bersama kaldu sapi mendidih. Torantang biasa dimakan bersama acar bawang hijau, bawang merah yang diaduk bersama kecap.

Bagian kedua dari masakan Chuseok adalah sugalbijim berbahan dasar iga sapi yang pembuatannya hampir sama dengan steak. Hanya, kecap yang digunakan untuk membakar sugalbijim dicampur dengan saus kacang. Perpaduan kecap dan saus kacang menghasilkan rasa yang sangat gurih.

Bagian ketiga adalah sugogisanjeok atau hwayangjeok. Makanan ini dibuat dari bahan dasar daging sapi yang disajikan bersama sayur-sayuran seperti lobak kuning, mentimun, jamur shitake, dan daging kepiting olahan. Semua bahan ini dibentuk seperti tusuk sate, kemudian dibakar dengan menggunakan minyak kedelai dan saus yang merupakan campuran gula, bawang merah, serta bawang putih.

Hwayangjeok memiliki rasa manis dan gurih. Warna makanan yang dibentuk seperti sate ini juga cukup menarik. Daging sapi yang berwarna merah berpadu indah dengan lobak kuning dan jamur shitake yang berwarna hitam. Hwayangjeok dimakan bersama dengan lauk pembuka atau side dishes yang dalam bahasa Korea disebut banchan.

Makanan terakhir yang disajikan dalam perayaan Chuseok adalah hidangan penutup yang disebut dengan namul. Makanan penutup ini berupa sayur-sayuran yang berasal dari pegunungan Korea, misalnya selada air, bayam, serta bunga Bell. Namul memiliki berbagai rasa, tergantung pada pengolahannya. Ada yang tawar, ada pula yang asam.

Pengolahan namul tidak boleh menggunakan garam. Ketentuan itu sesuai dengan fungsi namul sebagai pereduksi lemak sapi yang sebelumnya didapat dari torantang, sugalbijim, dan sugogisanjeok. Namul hanya boleh dibumbui minyak wijen dan bawang putih. Saat ini banyak keluarga yang punya kebiasaan menambah jenis makanan baru seperti myeongtae jeon atau dikenal dengan sebutan boochimgae. Makanan ini berbahan dasar sayur-sayuran, seperti wortel, labu, dan mentimun yang digoreng bersama kocokan telur. Rasa myeongtae jeon sangat mirip dengan omelet sayur, gurih dan sedikit asin. Untuk cita rasa orang Indonesia, myeongtae jeon sangat lezat bila dimakan bersama nasi panas dan namul bayam. Rasanya semakin mirip dengan masakan Indonesia bila dimakan bersama kerupuk.

0 komentar:

Posting Komentar