Jumat, 06 September 2013

Kearifan Lokal Di Lereng Bromo





Apakah anda pernah ke gunung Bromo?

Salah satu destinasi wisata pegunungan yang sangat terkenal dari jawa timur. terkenal karena keindahan alam nya, terkenal karena pura hidunya, terkenal karena cerita rakyatnya, dan terkenal karena sering dijadikan objek untuk produksi film. Untuk bisa masuk ke gunung ini kita bisa melalui 4 kota yaitu Malang, Pasuruan Probolinggo, dan Lumajang. 
Berbicara mengenai terkenal, seperti yang saya tulis di atas tadi bahwa di gunung bromo terkenal dengan keindahan alamnya. Pagi hari merupana waktu yang paling indah untuk menikmati sunrise atau matahir terbil. indahnya ciptaan tuhan dalam bentuk pegunungan yang hijau dengan lautan pasir dibawahnya diterangi samar-samar cahaya oranye dari matahari menjadi suasana yang selalu dinanti oleh setiap pengunjung yang pergi ke bromo.

Selain keindahan alamnya, gunung bromo juga terkenal karena keindahan pura hindunya, serta terkenal karena cerita rakyatnya. Iya, kedua hal tersebut memang sangat berhubungan erat. seperti kita tahu bromo dihuni oleh suku asli mereka, yaitu suku tengger. suku yang mayoritas beragama hindu ini tiggal disekitar lereng gunung bromo. Orang-orang suku tengger yang mayoritas beragama hindu ini percaya bahwa mereka adalah keturunan dari kerajaan Majapahit, kerajaan hindu terbesar di pulau jawa saat itu. 
Mungkin ketika kecil kita pernah mendengar atau membaca legenda mengenai suku tengger ini. Menurut legenda nama suku ini diambil dari kisah Roro Anteng dan Joko Seger. "Teng" yang berasal dari nama Roro Anteng serta "Ger" dari nama Joko Seger. 

Legenda yang mengisahkan mengenai seorang putri keturunan raja majaphit yang ketika lahir terlihat diam tidak menagis sedikitpun hingga akhirnya oleh sang ayah diberi nama "Roro Anteng", serta seorang pemudah dari keluarga sederhana yang ketika lahir menangis dengan sangat keras dan akhirnya diberi nama oleh ayahnya yang seorang brahmana dengan nama "Joko Seger". 

Ketika telah dewasa mereka berdua saling jatuh cinta dan akhirnya menikah, tetapi setelah sekian lama menikah mereka tidak juga dikaruniai seorang anak. Suatu hari joko tengger berucap dan berjanji “Aku bersumpah,bila kita dikaruniai 25 orang anak,salahsatu dari anak kita akan ku persembahkan sebagai sesajen di kawah Gunung Bromo!”.Setelah suaminya berucap seperti itu, tiba-tiba muncul api dari dalam tanah di kawah Gunung Bromo.Itu pertanda bahwa doa mereka didengar oleh Dewa.Mereka pun senang dan berterima kasih “Terima Kasih Dewa,terima kasih karena engkau telah mendengarkan permintaan kami.Kami akan menepati janji kami”. Tak berapa lama kemudian setelah itu,Roro Anteng diketahui mengandung. hingga memiliki anak hingga 25. Nama anak yang paling bungsu adalah Jaya Kusuma. Karena terlena dalam kebahagiaan, Joko Seger menjadi lupa akan janjinya untuk mempersembahkan salahsatu anaknya untuk menjadi sesajen di kawah Gunung Bromo.

Pada suatu malam,ketika Joko Seger tidur, Dewa menegurnya agar menepati janjinya untuk mempersembahkan salahsatu anaknya untuk menjadi sesajen di Gunung Bromo melalui mimpi. Karena gelisah akan janjinya joko seger dan isrinya kemudian mengumpulkan anak-anaknya dalam sebuah pertemuan keluarga.Ia menjelaskan janjinya yang pernah ia ucapkan. Setelah terjadi perdebatan yang cukup lama didalam keluarga tersebut akhirnya putra bungsu mereka "Jaya Kusuma" merelakan dirinya untuk di jadikan sebagai sesajen. Sebelum menceburkan diri ke kawah gunung Bromo, Jaya Kusuma sempat berucap kepada kedua orangtua dan saudara-saudaranya untuk mengirimkan hasil ladang kepadanya dengan cara membuangnya ke kawah gunung bromo setiap tanggal 14 bulan kasada (Bulan kesepuluh dalam penanggalan jawa kuno). Oleh kasena itu, kini setiap tahunnya pada tanggal 14 bulan kasada, masyarakat suku tengger selalu melakukan upacara kasada untuk mengirimkan sesaji kepada Jaya Kusuma. 
Upacara Tersebut dilakukan di Pura Poten yang terletak di kaki Gunung Bromo sebelah utara. pura ini amatlah indah karena terletak diantar Gunung bromo dan Gunung Batok. Poten terdiri dari beberapa bangunan yang ditata dalam suatu susunan komposisi di pekarangan yang dibagi menjadi tiga Mandala, yaitu:
Mandala Utama, disebut juga jeroan yaitu tempat pelaksanaan pemujaan persembahyangan. Mandala Madya, disebut juga jaba tengah, tempat persiapan dan pengiring upacara. dan Mandala Nista, disebut juga jaba sisi yaitu tempat peralihan dari luar ke dalam pura yang terdiri dari bangunan candi bentar/ bangunan penunjang lainnya.

Selain "Upacara Kasada", yang khas dari suku tengger juga ada tariannya, yaitu tari Sodor dan Tari Ujung.

Selain Alam dan Budayanya banyak hal asli dari suku tengger yang bisa kita nikmati, seperti makanan khas mereka yang mungkin kini sedikit sulit kita jumpai yaitu "Nasi Aron", nasi yang terbuat dar jagung tengger dengan masa tanam kurang lebih 8 bulan. dan juga "Sambal Krangean", sambal yang terlihat seperti sambal terasi hanya saja ditambah buah Krangean yang hanya tumbuh di daerah Tengger. Buah yang bentuknya kecil seperti buah merica dan baunya harum seperti daun kemangi ini wananya hijau ketika baru dipetik dan hitam jika sudah layu atau kering.

Itulah cara suku tengger untuk selalu menjaga kearifan kebudayaan mereka, sebuah kearifan lokal yang selalu mereka banggakan dan mereka lestarikan hingga ke anak cucu mereka. meskipun kini pengaruh teknologi dan kehidupan modern telah masuk ke suku ini, tetapi mereka tetap terus menjaga apa yang telah leluhur wariskan kepada mereka, bahkan setiap tahun ketika upacara itu berlangsung banyak wisatawan yang ingin melihat dan mengabadikan salah satu warisan asli budaya dari Indonesia ini.

0 komentar:

Posting Komentar