Selasa, 18 September 2012

Ratna Somantri Penebar Virus Ngeteh

“Saya lebih suka teh tanpa gula, karena aroma dan rasa aslinya lebih terasa,” ujar Ratna Somantri. Kebiasaan keluarganya untuk mengkonsumsi teh, membawa dirinya menjadi seorang penyebar “virus” ngeteh.

Dari penampilannya sekilas memang tampak biasa. Berparas cantik dan berpenampilan anggun seperti wanita pada umumnya. Pekerjaan yang digelutinya sehari-hari pun tak mencerminkan dirinya sebagai seorang ahli teh.  Untuk keseharian, dirinya bekerja di perusahaan yang didirikan oleh sang suami, sebagai konsultan di Axia World.

Bahkan, dirinya pun tak pernah bercita-cita untuk menjadi seorang ‘tea speaker’. Keseriusannya mendalami ilmu teh mulai ia tekuni sejak pernikahannya dengan Alexander Mulya, 2005. Dari sinilah, profesi menjadi seorang konsultan teh pun terbentuk dengan sendirinya.
Memiliki hobi traveling bersama suami, membuat ilmu pengetahuannya tentang teh semakin bertambah. Wanita lulusan Jurusan Teknik Industri Universitas Trisakti ini pun kini kerap pergi ke Jepang atau China hanya untuk membeli jenis teh terbaru untuk melengkapi koleksinya. Dan tentu saja untuk menambah jejak ilmu soal minuman para kaisar ini.

“Kecanduan” Teh
Kebiasaan sang ibu yang tak pernah mengkonsumsi air putih, membuat Ratna terbiasa minum teh.  Saat itu dirinya hanya menganggap teh sebagai minuman biasa, dan tidak ada yang istimewa. Perubahan terjadi saat dirinya sekolah ke luar negeri.
 Meninggalkan Indonesia untuk sekolah di Sydney, ternyata tak membuat dirinya jauh dari teh. Kebiasaan keluarga angkatnya yang asal Inggris, membuat ia makin ‘terjerumus’ di antara para pecinta teh. Inggris adalah salah satu negara yang memiliki budaya minum teh. Teh di negerinya Ratu Elizabeth sangat diperhatikan kualitasnya, karena orang Inggris sangat mementingkan cita rasa.
Akhirnya, pecinta anjing ini pun tertarik untuk mengenal teh lebih dalam. Mulai dari sejarah, jenis, karakter, cara menyeduh, teknik penyajian, hingga budaya tradisi teh di belahan dunia.
Menabung Ilmu Lewat Traveling

Memiliki hobi traveling membawa wanita kelahiran tahun 1978  ini mengunjungi China dan Jepang. Dua negara Asia ini dianggap sebagai negara yang pas untuk menimba ilmu teh. Di tempat inilah Ratna mengulik tentang sajarah teh, mulai dari teh tertua yang berusia ribu tahun hingga sistem produksinya.

Seperti di China misalnya, aroma teh sangat diperhatikan. Begitu juga dengan cara penyajiannya. Dalam tradisi China, teh disajikan dalam dua wadah, yaitu dalam sebuah gelas dan sebuah mangkuk. Gelas berfungsi untuk menghirup aroma teh, sedangkan mangkuk berfungsi untuk meminum air teh.
Profesi Langka

“Kalau ada yang memanggil saya sebagai tea master, terlalu berlebih,” ujarnya merendah. Dirinya hanya mengenal serba serbi teh, tidak seperti para tea master yang telah memiliki ilmu lebih dalam. Untuk menggambarkan profesinya, Ratna lebih suka jika ia dikatakan sebagai seorang Tea Connoisseur alias pakar teh.
Profesinya ini yang langka membuat  banyak orang lantas berkonsultasi kepada Ratna soal teh. "Kalau sebagai konsultan kafe-kafe mungkin karena saya basic-nya kerja di kantor konsultan manajemen," ucapnya sambil tertawa.
Meskipun begitu, Ratna mengaku tidak pernah men-charge biaya bagi yang berkonsultasi padanya.
"Banyak pengusaha besar yang berkonsultasi sama saya. Mereka tertarik untuk mendirikan kafe teh di sini. Namun, saya bilang itu cukup sulit karena masyarakat Indonesia belum begitu mengapresiasi teh jadi harus mengedukasi pasar dulu dan itu butuh biaya besar," ceritanya.
Indonesia Kaya Akan Teh

Padahal sejak zaman Belanda, perkebunan teh banyak terdapat di tanah Indonesia dan hasil perkebunan dijual ke luar negeri. Ia juga mengatakan bahwa negara-negara lain seperti China, Jepang, Korea, serta Inggris sangat bangga terhadap tradisi minum teh mereka dan mengklaim bahwa teh berasal dari negara mereka.

"Sayang banget kalau teh hanya dianggap sebagai minuman biasa. Kalau ditanya mengenai teh, orang Indonesia hanya tau teh manis dan merek-merek teh kemasan botol, padahal teh lokal itu jenisnya beragam," urai penulis buku Kisah dan Khasiat Teh ini.