Apakah Menjadi Sarjana Masih Bergengsi?
Persaingan hidup di Indonesia semakin lama semakin berat. Untuk bisa
memenangkan persaingan, jenjang pendidikan menjadi tumpuan banyak orang,
salah satunya adalah dengan memegang title sarjana baik jenjang sarjana
maupun pasca sarjana.
Mahalnya biaya menempuh jenjang studi sarjana tidak
menyurutkan niatan masyarakat luas untuk mendapatkan titel atau gelar
sarjana. Misalnya, untuk menempuh pendidikan S1 jurusan kedokteran tidak
sedikit kampus yang menarik dana hingga ratusan juta rupiah sebagai
sumbangan. Jurusan populer seperti ekonomi, hukum, dan teknik di
beberapa kampus juga sudah mematok biaya minimal untuk bisa memasukinya.
Di sisi lain, isu hangat banyaknya sarjana menganggur juga tidak membuat
surut peminat untuk mendapatkan gelar sarjana. Silakan cermati saat
pembukaan lowongan PNS, meskipun posisi yang ditawarkan hanya beberapa
orang atau tenaga, tetapi yang melamar bisa ratusan bahkan ribuan. Apa
yang terjadi pada proses ujian CPNS ini sebagai bukti melimpahnya jumlah
sarjana dengan keahlian yang hampir sama yang memerlukan pekerjaan.
Isu menarik lainnya adalah untuk posisi tertentu seperti posisi guru dan
dosen, sesuai dengan Undang-Undang Guru dan Dosen No 14 / 2005 maka
calon pelamar harus memegang ijasah minimal S1untuk guru dan minimal S2
untuk dosen.
Dari beberapa contoh di atas, saya menyimpulkan jika memiliki gelar
sarjana telah menjadi syarat wajib untuk pekerjaan tertentu. Bahkan
untuk pekerjaan biasa seperti administrasi tidak sedikit dari
perusahaan atau institusi yang mensyaratkan ijasah minimal sarjana. Dari
dinamika di atas, maka memiliki ijasah S1 bisa diperkirakan tidak lagi
sebagai sebuah gengsi karena sudah menjadi persyaratan wajib minimal.
Hal ini berbeda dengan situasi kira-kira tahun 80-an di mana jumlah
sarjana masih langka, dan hanya orang tertentu yang bisa kuliah. Saat
ini hampir setiap orang bisa kuliah dan mendapatkan sarjana.
Memegang gelar S1juga bisa membuat pemiliknya merasa malu. Contohnya,
untuk menjadi dosen saat ini seorang dosen harus memiliki gelar minimal
S2. Jadi bagi mereka yang masih S1 tentu memiliki rasa malu karena
ijasahnya tidak lagi memenuhi syarat minimal seorang dosen. Dari contoh
kasus ini bisa diprediksi jika memiliki gelar S2 bukanlah hal yang
bergengsi bagi seorang dosen, karena gelar S2 adalah persyaratan wajib
untuk seorang dosen. Untuk seorang dosen, memiliki gelar S1 tidak lagi
menjadi kebanggaan.
Kesimpulan dari tulisan ini adalah rasa gengsi terhadap gelar sarjana
terkait dengan situasi dan kondisi.Misalnya, di masyarakat umum memiliki
gelar merupakan gengsi status sosial tersendiri sebagai orang yang
terpelajar, namun untuk urusan profesi belum tentu bergengsi karena
memiliki ijasah jenjang studi tertentu merupakan persyaratan minimal.
Jadi titel sarjana akan bergengsi atau tidak tergantung pada situasi dan
kondisi.Untuk itu, jangan patah semangat untuk terus menggapai
pendidikan setinggi mungkin, namun juga jangan terus ambil jalan pintas
dengan membeli ijasah aspal atau masuk kuliah di kampus bodong.
Nah bagaimana dengan Anda semua? Apakah Anda merasa bergengsi dengan menjadi seorang sarjana?