Kamis, 26 Juli 2012

Blog Untuk Kratifitas Anak Kurang Mampu


Sungguh perihatin menyaksikan anak-anak di Indonesia yang hidup dalam kemiskinan. Mereka seakan jauh dari yang namanya teknologi. Bahkan mereka memanggap teknologi hanya untuk orang-orang yang kaya.
Menurut data BPS (Biro Pusat Statistik) tahun 2006, kita akan mendapatkan data yang sangat memprihatinkan sekaligus mengerikan yaitu 63.847.999 orang dikategorikan sebagai anak terlantar dengan orang tua lengkap. Jika penduduk Indonesia seluruhnya 220 juta orang, berarti jumlah anak terlantar tersebut di atas sudah mencapai 30 %, itu data tahun 2006, bagaimana jika data itu tahun 2010, dipastikan jumlah anak terlantar akan semakin meningkat (Sumber).Selain itu, Sekitar 1,8 juta anak SD berusia 7 – 12 tahun, dan 4,8 juta anak usia 13 – 15 tahun, tidak bersekolah (SUSENAS, 2002). Ini membuktikan sulitnya anak-anak pada keluarga kurang mampu untuk mendapatkan akses teknologi yang ada di sekolah.


Sebenarnya pada tahun ini Mendiknas mencanangkan tahun "Generasi Emas". “Tahun sekarang adalah tahun menanam (generasi emas), investasi,” ujar Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mohammad Nuh pada press conference berkaitan dengan rencana peringatan Hari Pendidikan Nasional 2012 di Gedung A Kemdikbud Senayan, Jakarta, Senih (30/4/12) (Sumber). Mendiknas mengaharapkan generasi muda menjadi generasi yang bisa membangun bangsa ini dikemudian hari.

Kemajuan suatu bangsa dilihat dari keratifitas anak bangsanya. Salah satunya di bidang teknologi informasi sebagaimana negara-negara yang telah maju. Mereka memberikan akses-akses yang memudahkan untuk masyarakat kurang mampu untuk dapat mengaksesnya. Hal tersebut yang membuat negara-negara tersebut maju dengan cepat.


Banyak inovator yang menjadi bukti atas kreatifitasnya di bidang teknologi informasi dan digital, seperti:
1. Bill Gates, pendiri Microscosoft.
2. Steve Jobs, pendiri Apple Computer.Co.
3. Mark Zuckerberg, pendiri Facebook.
4. Larry Page, pendiri Google.
 Mereka adalah orang-orang kreatif di bidang teknologi dan mereka membuat kemajuan untuk seluruh dunia.

Negara kita bisa melahirkan orang-orang seperti mereka yang dapat merubah suatu peradaban di dunia tidak hanya di Indonesia. Anak-anak Indonesia hanya perlu kemudahan akses untuk memunculkan kreatifias yang begitu potensial di otak mereaka. Keratifitas yang bisa dilakukan ialah menulis.

Menulis merupakan suatu upaya untuk melatih imajinasi dan keratifitas. Menulis menjadi potensial apabila dipadukan dengan teknologi yang banyak dikembangkan di internet yaitu, media blog. Media blog dapat di akses dan dibuat oleh siapapun tanpa memungut biaya. Karena pembuatan blog tidak menarik uang untuk membuatnya. Banyak media-media blog dengan geratis bisa dibuat.

Anak-anak sedang bermain game online (Sumber)
Namun kebanyakan anak-anak di Indonesia terlena oleh game online, jejaring sosial, dan situs yang tidak selayaknya untuk diakses. Bahkan anak-anak kurang mampu ketagihan bermain online dengan cara mengumpulkan uang dari hasil meminta-minta maupun mengamen. Hal ini menjadi miris apabila potensi teknologi hanya digunakan untuk kepuasan sesaat saja.

Sebenarnya mereka bisa melakukan lebih dari sekedar bermain game online saja. Mereka bisa menuangkan kretatifias di meda blog. Mungkin media blog bagi mereka tidak mengasikan layaknya game online. Atau bahkan mereka belum mengenal yang bernama blog.

Media internet yang sejatinya digunakan anak-anak untuk media menambah ilmu pengetahuan dan media kreatifitas telah beralih fungsi. Selain itu internet sebagai ajang ber "Galau" ria di media jejaring sosial. Yang membuat bangsa kita terkejut bangsa kita ialah pemakai jejaring sosial no.1 di dunia.
Dari total 62 persen yang mengaku pengguna media sosial di dunia, Indonesia menempati posisi pertama dengan 83 persen. Meskipun total populasi yang menggunakan internet di Indonesia belum sebanyak di negara maju, tetapi data ini menunjukkan perhatian netizen Indonesia yang sangat besar terhadap media sosial.
Amerika Serikat, dan China sebagai dua negara yang termasuk pemilik akses internet terbesar di dunia, masing-masing hanya 61 persen dan 60 persen yang menggunakan media sosial.
Indonesia, menurut data Socialbakers terkini, merupakan negara terbanyak ketiga dalam populasi di Facebook, dengan 43.523.740 pengguna. Sementara di Twitter, menurut data semiocast.com Februari 2012 lalu tercatat pengguna dari Indonesia mencapai 20 jutaan, atau menempati posisi kelima di dunia. Selain aktifitas di jejaring sosial, penelitian ini juga melihat tingkat penggunaan media sosial di forum-forumonline. Yang paling menejutkan ialah sebagian besar penggunanya ialah para remaja.

Media blog bagi anak-anak kurang mampu merupakan media yang bisa mereka pergunakan di dunia teknologi digital ini. Media dimana mereka bisa menuangkan pikiran dan kreatifitasnya tanpa dibatasi oleh kekurangan yang mereka miliki.
"Bangsa yang besar ialah bangsa yang memberikan akses teknologi dengan mudah bagi seluruh masyarakatnya"

Perlunya peran semua masyarakat Indonesia untuk membatu anak-anak "generasi emas" ini untuk membuat mereka menjadi orang yang kratif. Termasuk para blogger di Komunitas Ngawur dan Blogger Nusantara untuk memberikan pelatihan mengenai teknologi digital dengan bekerjasama dengan Pusat Teknologi kepada anak-anak kurang mampu.

Rabu, 11 Juli 2012

Dunia Maya Lebih Dekat Dibanding Dunia Nyata

Dunia maya atau internet sudah bukan lagi hal asing bagi masyarakat dewasa ini. Berbagai macam kemudahan mengakses ke dunia maya seperti makin menjamurnya warnet, tempat-tempat hang out ber-wiifi serta semakin berkembangnya gadget yang mendukung menjadikan dunia maya sudah seperti 'rumah kedua' bagi sebagian besar masyarakat era sekarang.
Bahkan akibat mudahnya menjelajah di dunia maya sampai ada yang beranggapan kalau dunia maya itu lebih baik dan lebih perhatian dibandingkan dunia nyata. Salah satu contohnya ialah teman, dimana banyak yang mengatakan bahwa teman dunia maya itu lebih baik dibandingkan teman yang berada di dunia nyata.
Tapi benarkah seperti itu realita yang terjadi?

Hal ini kemungkinan dapat terjadi karena tingkat aktivitas individu di dunia maya itu lebih tinggi dibandingkan aktivitasnya di dunia nyata. Ambil contoh seorang siswa sekolah, dimana siswa sekolah dulu pada pertengahan tahun 90-an sampai 2000 kurang mengenal yang namanya dunia maya (maupun jejaring sosial). Karena minimnya informasi tentang dunia maya maka pergaulan di dunia nyata merupakan kegiatan yang terus-menerus dilakukan.
Berbeda dengan individu di era 2000-an sekarang. Dimana segala kemudahan dalam mengakses dunia maya lebih terbuka. Bahkan mereka yang masih berstatus siswa Sekolah Dasar saja sudah banyak yang memiliki gadget canggih untuk mendukung kebutuhan mereka akan dunia maya.
Interaksi di dunia maya yang lebih mudah, kalau bisa disebut dimikian, menjadi alasan utama kenapa para generasi baru ini memilih untuk menghabiskan sebagian besar kegiatannya di dunia maya. Mereka tidak perlu mengeluarkan keringat atau merasa lelah bila berinteraksi melalui dunia maya karena segala macam interaksi hanya dilakukan dengan ujung jari mereka.
Namun terlalu banyak berinteraksi di dunia maya juga berdampak buruk bagi mereka. Salah satunya ialah kesehatan. Efek terlalu lama menatap monitor atau layar bisa menyebabkan kerusakan pada mata di usia dini. Belum lagi badan mereka akan menjadi 'lemah' akibat jarang bergerak atau berolahraga.
Selain itu kebanyakan berinteraksi di dunia maya juga menyebabkan seseorang sulit berkomunikasi di dunia nyata. Tidak jarang terlihat orang yang 'heboh' di dunia maya ketika di dunia nyata merupakan pribadi yang pendiam. Pola pikir bahwa dunia maya 'lebih aman' dalam beropini juga terkadang meracuni pikiran individu, misalkan aja ada masalah A yang dibahas di forum dunia maya, kemudian individu X mampu beropini dan beragumen, namun apabila masalah A dibahas dalam forum di dunia nyata, ada kemungkinan individu X akan cenderung diam.
Rasa bebas dan kemampuan beropini tanpa batasan.
Yah, mungkin itu salah satu yang menyebabkan seorang individu lebih senang beradu argumen di dunia maya. Adalah kemudahan untuk beropini tanpa bisa dicela dan tanpa perlu meladeni tindakan intimidatif lawan bicara serta segudang sumber yang bisa dioperasikan dengan ujung jari saja. Bandingkan bila harus beradu argumen di dunia nyata. Selain memiliki kemungkinan untuk disela ketika berargumen, lawan bisa saja menintimidasi kita melalui tatapan maupun tindakan-tindakan lainnya, jangan lupakan juga kalau materi yang kita bawakan harus dipahami dan dikuasai secara mendalam terlebih dahulu.
Selain itu alasan kenapa masyarakat sekarang lebih memilih 'hidup' di dunia maya ketimbang di dunia nyata ialah karena (mereka pikir) lebih banyak orang yang peduli di dunia maya dibandingkan di dunia nyata. Hal ini sering terjadi dan dirasakan para pengguna jejaring sosial.
Mereka kerap menilai orang-orang di dunia nyata itu lebih kejam dan kurang memperhatikan mereka, berbeda dengan teman-temannya di dunia nyata. Mungkin benar, mungkin juga salah. Karena kemungkinan mereka menganggap lebih banyak yang peduli di dunia maya karena banyak yang memberikan komentar maupun ucapan-ucapan prihatin disaat suasana hati mereka sedang sedih.
Baik hati kah?
Bisa jadi bukan. Sebagian besar mereka yang mengeluh di jejaring sosial memang mendapatkan perhatian dari teman-teman dunia mayanya. Tapi pernahkah mereka melakukannya di dunia nyata? Kebanyakan mereka yang mengeluh di dunia maya cenderung tertutup di dunia nyata, karena sifat tertutup inilah teman-teman dunia nyatanya terkadang tidak sadar bahwa dia memiliki masalah, berbanding terbalik dengan dunia maya dimana segala kesedihan mereka umbar dengan bebasnya. Selain itu fakta bahwa apa yang ditulis di dunia maya itu permanen juga semakin memudahkan orang-orang untuk mengetahui 'suasana hati' seseorang.
Jadi tidak selamanya dunia maya itu memberikan dampak positif, apabila terlalu lama berinteraksi di dunia maya, bahkan sampai melupakan pentingnya dunia nyata, malah akan membuat diri kita menderita. Mungkin tidak akan terasa sekarang, tapi dampaknya akan terlihat di beberapa tahun ke depan. Maka dari itu, seimbangkanlah kehidupan di dunia maya dan dunia nyata. Agar kita dapat merasakan nikmatnya hidup di dunia.