Selasa, 01 Maret 2011

PERSETAN DENGAN CINTA SEJATI

Judul tersebut sengaja saya pilih, saya tahu judul itu provokaif (sampai-sampai temenku yang yang aku kasih tahu, bahwa aku mau buat artikel dengan judul itu ia bilang aku desperate) tidak saya tidak seperti itu, saya hanya ingin orang berminat membaca tulisan ini, itu saja.
Kalau anda pernah membaca novel ”Ayat-ayat cinta” karya Habiburrahman Al Zirazy ada ungkapan yang dipakai Fahri waktu ngasih advice ke Nurul melalui suratnya ” Cinta sejati dua insan yang berbeda jenis adalah cinta yang terjalin setelah ahad nikah, yaitu cinta kita pada pasangan kita yang sah. Cinta sebelum ahad nikah adalah cinta semu yang tidak perlu disakralkan dan di agung-agungkan” yah seperti itulah inti tulisan ini.
Yah cinta sejati yang diagung-agungkan telah menjebak banyak orang jatuh ke jalan kesesatan. Berapa banyak gadis yang kehilangan keperawanannya karena cinta sejati, berapa banyak bayi lahir diluar nikah atau lahir ”Prematur” (nikah baru lima bulan, eh.. bayi dah nongol) berapa banyak orang bunuh diri karena gabungan dua kata ini, yah cinta sejati (true love).
Lalu apakah kita tidak boleh memiliki cinta sejati tentu saja boleh dan harus tapi pada pasangan hidup kita yang sah.
So… kalau kita pacaran jangan sekali-kali kita memberikan cinta sejati kita pada pacar kita, alasannya :
  1. Belum tentu pasangan kita memberikan cinta sejatinya pada kita, kalaupun dia dia bilang bahwa kita adalah cinta sejatinnya bisa jadi itu cuman ”lamis” (hanya dibibir saja) dan kalau itu terjadi dan dia meninggalkan kita, kita bisa patah hati.
  2. Belum tentu yang kita anggap dan rasakan sebagai cinta sejati, bisa kita pertahankan, bisa saja suatu ketika kita ketemu dengan orang yang lebih baik, trus cinta kita berubah, kita kan nggak pernah tahu kehendak Sang Muqolibal Qolbu!
  3. Bahkan mungkin kalau kita jujur pada pasangan kita tentang prinsip bahwa cinta sejati kita hanya akan kita berikan pada pasangan hidup kita yang sah (suami atau istri kita) maka pacar kita akan penasaran seperti apa nikmatnya cinta sejati yang akan dia rasakan dari kita, karena penasaran itu aku yakin dia akan segera mengajak kita nikah, bisa jadi kan?
Dengan prinsip semacam itu memang saya sadari bahwa kita akan di cap sebagai orang yang tidak setia. Itu memang mungkin terjadi, tetapi ingat kita karus membedakan antara rasa cinta dengan komitmen atau janji, cinta mungkin memang bisa berubah tapi komitmen adalah hal yang tidak boleh kita ingkari.
Kesimpulannya adalah jangan buru-buru berjanji meskipun kita telah merasa mencintai, jelajahi dulu , selami dulu sifat dan prilakunya sampai kita bener-bener yakin kita siap menjadikannya pasangan hidup kita, baru setelah kita yakin barulah boleh berkomitmen, tapi menurut saya komitmen itu sendiri harus kita fikir masak-masak. Kita telah di ajari agama, di setiap berkomitmen harus di awali dengan kata Insya’Allah (jika tuhan mengijinkan) jadinya ada faktor diluar kita yang mempengaruhi kata janji kita, jadi jangan asal sudah di kasih janji trus main ”slonong boy” aja ”BAHAYA” ”tidak baik untuk kesehatan Jantung”